Taliwang, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terus mengantisipasi merebaknya penyakit peredagangan pada hati karena toxin atau yang lebih dikenal dengan penyakit kuning. Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengecek semua ibu hamil dan tenaga kesehatan, sehingga bayi yang lahir terbebas dari penyakit menular tersebut.
Langkah serius pemerintah KSB itu dengan memastikan ketersediaan vaksin hepatitis, sehingga bayi yang terlahir dari ibu yang sudah mengidap penyakit bisa diantisipasi penularannya. “Ketersediaan vaksin untuk hepatitis sangat cukup, karena mulai tahun ini petugas kesehatan juga akan diberikan vaksin tersebut, agar tidak menular pada pasien yang dirawat,” tegas Akmal Gauhar S.Far, Apt selaku kepala Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) Instalasi Farmasi, kepada media ini pada Selasa 27/3 kemarin.
Masih keterangan Akmal sapaannya, konsentrasi pengadaan vaksin memang sudah menjadi instruksi Dinas Kesehatan (Dikes), lantaran ingin mengantisipasi peredaran penyakit yang menular tersebut. “Soal kasus penyakit kuning saya tidak bisa memberikan penjelasan lantaran menjadi kewenangan Dikes, tetapi untuk memberikan kepastian penanganan bisa dipastikan aman, karena sampai saat ini stok vaksin hepatitis itu sendiri masih sangat cukup,” timpalnya.
Selain vaksin untuk hepatiti, UPTD Instalasi Farmasi juga memiliki stok vaksin influenza yang akan dipergunakan untuk para jamaah haji, jadi semua jamaah haji asal KSB akan mendapatkan pelayanan pemberian vaksin secara gratis oleh pemerintah KSB. “Program vaksin bagi jamaah haji sudah dilaksanakan sejak tahun 2016 lalu,” lanjutnya.
Dikesempatan itu juga disampaikan bahwa pihak UPTD Instalasi Farmasi juga menyiapkan bahan laboraturium untuk pengujian virus HIV dan Sifilis, lantaran ada kebijakan pemerintah KSB bahwa semua ibu hamil harus dipastikan terbebas dari penyakit berbahaya tersebut. “Kita semua tahu bahwa penyakit HIV sangat berbahaya, begitu juga dengan sifilis jadi ibu hamil harus dipastikan terbebas dari penyakit tersebut. Untuk pembuktian wajib dilakukan pengujian dan peralatan sudah tersedia,” terangnya.
Menyinggung soal stok obat lain, Akmal mengakui bahwa ada beberapa jenis obat yang kurang bahkan sudah tidak ada, tetapi belum menjadi masalah lantaran ada jenis obat lain sebagai pengganti. “Kita sekarang tidak memiliki obat jenis ambroxol atau obat batuk, lantaran pihak penyediaan tidak memiliki stok terlalu banyak, sehingga diganti dengan merk lain yang fungsinya sama,” bebernya.
Diakhir keterangannya disampaikan bahwa pihaknya tidak melakukan pendistribusian obat terlalu banyak di seluruh puskesmas, lantaran penyimpanan obat harus sesuai standar, jadi untuk menjaga kerusakan obat maka pihak puskesmas diminta untuk mengajukan permohonan obat secara berkala pada tiap bulannya. “Kami harus menerima Laporan permohonan dan Lembaran Pemrintaan Obat (LPLPO) dari puskesmas terlebih dahulu sebelum pendistribusian obat. Jumlah belum tentu sesuai permintaan tersebut,” tegasnya.
Sebagai informasi kepada seluruh masyarakat bahwa pelayanan dan obat di seluruh puskesmas tidak beda dengan yang berada di Rumah Sakit Umum (RSU). Hal itu sebagai bentuk peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. **