Taliwang, – Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) menemukan “Lidah Pasir” atau daratan pasir akibat pengaruh arus pantai yang membawa sedimen, dan berbentuk memanjang serta dapat timbul tenggelam akibat terjadinya pasang surut air laut. Lokasi itu berada disekitar kawasan Gili Balu kecamatan Poto Tano.
Terhadap potensi wisata yang biasa disebut masyarakat Poto Tano “Takat Batang” akan timbul atau kelihatan sepanjang dan seluas lebih kurang 30-40 hektar pada saat air surut terendah, yaitu terjadi pada tanggal 29, 30, 1, 2, 14, 15, 16 bulan atas dan akan tenggelam pada saat air pasang tertinggi. Kedalaman Lidah Pasir pada saat air pasang 2-3 meter di bawah permukaan air laut.
Terhadap potensi itu, pihak Diskanlut menginisiasi untuk dikembangkan secara serius, sehingga wisata bahari kawasan Gili Balu bukan hanya keindahan bawah, tetapi juga memiliki potensi lain yang jarang ditemukan. “Potensi ini harus dikembangkan secara serius,” kata Noto Karyono, SPi, Msi, beberapa waktu lalu.
Noto sapaan akrabnya mengingatkan, jika kunjungan wisata untuk wilayah gili balu terus bertambah atau sudah pada kisaran 200 sampai 300 orang perminggu dan puncaknya saat weekend, jadi dalam sebulan pengunjung bisa mencapai seribu orang. “Belum mengetahui adanya “Takat Batang” jumlah kunjungan sudah sangat tinggi, apalagi kalau ditambah dengan destinasi musiman tersebut,” lanjutnya.
Saat ini destinasi wisata memang sedang diburu masyarakat untuk tempat berwisata bersama keluarga, dan dimana-mana tidak ada tempat wisata yang gratis apabila hal ini disiapkan regulasi yang tepat untuk memgambil sekedar ‘pas masuk kunjungan wisata bahari Kawasan Gili Balu’. Pengembangan ini akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sudah waktunya bagi SKPD yang menangani sektor pariwisata untuk berbenah dan mempersiapkan segala sesuatu termasuk regulasi yang diperlukan untuk mendasari dan mendukung pendapatan PAD-KSB.
Noto berharap garapan terhadap potensi bisa menjadi pekerjaan cepat, agar potensi yang ada tidak menjadi tontonan belaka atau tidak memberikan kontribusi bagi daerah mengingat saat ini masih dikenal daerah kunjungan gratis, sementara penyediaan fasilitas dasar dan pendukung sebelumnya sudah mengeluarkan anggaran daerah, termasuk untuk memperkenalkan destinasi wisata bahari Kawasan Gili Balu. “Usul saya bisa dibuatkan tiket masuk kawasan gili balu dengan nominal yang tidak terlalu tinggi, sehingga pengunjung tidak merasa terbebani,” terangnya.
Penerapan pas masuk itu sendiri akan menjadikan motivasi bagi semua pihak, termasuk masyarakat sekitar untuk menjadikan kawasan sebagai tambahan penghasilan, sehingga akan ikut menjaga dan memeliharanya. “Kalau dapat terkelola dengan baik dan profesional maka akan memberikan multipliereffect terhadap masyarakat setempat, pergerakan ekonomi mikro dan meningkatkan pendapatan masyarakat,” terangnya. **