Taliwang, – Kegiatan sosialisasi rintisan guru Belajar, Aspiratif, Inklusif dan Kontekstual (BAIK), yang dilaksanakan lembaga Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), atau program kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan anak Indonesia khususnya dalam bidang literasi dan numerasi, dimanfaatkan Bupati Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Dr Ir H W Musyafirin MM, untuk berdialog dengan Kepala Sekolah (Kepsek) dan Guru.
Pada acara yang dilaksanakan Selasa 31/7 diaula Hotel Ifa, H Pirin sapaan akrab Bupati KSB memberikan kesempatan kepada Kepsek dan guru untuk menyampaikan keluhan atau persoalan yang dihadapi saat ini, terutama satuan pendidikan (Sekolah, red) yang berada pada daerah jauh dari perkotaan.
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh para pahlawan tanpa tanda jasa itu untuk menyampaikan beberapa hal, seperti, permintaan untuk dilaksanakan pelatihan pendidikan karakter dan psikologi, mengingat belum banyak guru yang paham cara menangani anak berkebutuhan khusus. Masalah penggunaan absen sidik jari juga cukup hangat dibahas dalam dialog terbatas tersebut.
Sartika dari SDN Perjuk pada kesempatan itu menyampaikan, saat ini guru sudah sangat disiplin dengan jam kerja, lantaran wajib melakukan absen sidik jari, namun masalah jam pulang perlu menjadi pertimbangan, dimana siswa sekarang pulang pukul 13.15 Wita, sementara guru baru bisa pulang setelah pukul 14.00 Wita. “Tolong dipertimbangkan untuk jam pulang, diharapkan sesuai jam pulang anak didik,” ucapnya, smabil mengusulkan agar sekolah menerapkan 5 hari kerja.
H Pirin sapaan akrab Bupati KSB pada kesempatan itu langsung meminta pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora), agar melakukan evaluasi dan analisa secara serius tentang rencana pemberlakuan 5 hari kerja bagi guru. “Saya minta analisa 5 hari kerja dievaluasi dan dianalisa. Jika memang menjadi yang terbaik bisa saja kita terapkan,” tegasnya.
Masih keterangan H Pirin, evaluasi dan analisa juga harus dilakukan terhadap komposisi keberadaan guru pada semua satuan pendidikan. Jika dianggap ada kelebihan guru, maka harus segera digeser pada sekolah yang mengalami kekurangan, selain itu juga meminta kepada pihak sekolah untuk mau menerima guru yang masih berstatus Pegawai Tidak Tetap (PTT), “Sampai saat ini jumlah guru masih sangat kurang, jadi untuk memenuhi kekurangan itu bisa diganti oleh guru PTT,” ucapnya.
Menyinggung soal absen sidik jari, orang nomor satu di Bumi Pariri Lema Bariri itu menyampaikan, jika pengaturan disiplin terhadap guru akan menjadi motivasi dan contoh bagi siswa itu sendiri. “Guru adalah contoh dari anak didik, jadi kalau sudah terbiasa disiplin, maka siswa juga akan menjadi pelajar yang disiplin. Sementara soal waktu luang setelah siswa pulang, diharapkan bisa dipergunakan untuk melakukan evaluasi dan persiapan bahan ajar,” timpalnya.
Diakhir keterangannya, H Pirin meminta kepada Dikpora untuk tidak ragu mengusulkan anggaran sektor pendidikan, karena pemerintah KSB sangat serius untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar (SPM-Dikdas). “Silakan Dikpora lakukan analisa kebutuhan anggaran secara detail, meskipun jumlahnya cukup besar nantinya,” urainya. **