Taliwang, – Dinas Kesehatan (Dikes) memastikan jika pelayanan kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) tetap berjalan dengan baik, meskipun pelayanan terhadap pasien baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Asy-Syifa masih diluar gedung.
H Tuwuh selaku kepala Dikes KSB menyampaikan, konsentrasi pelayanan kesehatan bukan hanya kepada warga terdampak gempa, sehingga petugas kesehatan selalu berada dilokasi pelayanan. “Untuk melayani korban gempa, kami telah mendirikan posko pelayanan kesehatan ditiap Kecamatan, bahkan petugas memberikan pelayanan sampai ditingkat desa/kelurahan,” ucapnya, sambil menegaskan bahwa pihaknya harus memastikan pelayanan kesehatan berjalan lancar.
Untuk memastikan pelayanan kesehatan tersebut, pihaknya telah memanfaatkan Puskesmas keliling untuk mendatangi sejumlah lokasi, sehingga saat dibutuhkan pelayanan lebih lanjut bisa langsung dipergunakan. “Berbagai cara terus kami lakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pasca gempa ini, termasuk membuka layanan panggilan via telpon,” lanjutnya.
Dikesempatan itu H Tuwuh juga mengaku bahwa telah datang relawan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bima dan Dompu sebanyak 17 orang, terdiri dari Apoteker, Perawat dan Dokter. “Tenaga kesehatan itu telah datang ke KSB untuk membantu memberikan pelayanan kesehatan, termasuk menyiapkan obat-obatan,” bebernya.
Sementara dr Carlof selaku direktur RSUD Asy-Syifa mengaku, pihaknya belum memiliki keberanian untuk memberikan pelayanan dalam ruangan pasca gempa, sebelum mendapatkan penetapan dari Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Permukinan (DPUPRPP) tentang kelayakan gedung. “Kami sudah minta pada DPUPRPP untuk melakukan Assesment terhadap gedung, jadi belum bisa memberikan pelayanan dalam gedung,” akunya.
Carlof mengakui bahwa pihaknya sudah melakukan pengecekan secara internal terhadap kondisi gedung, tetapi tidak bisa dijadikan pijakan untuk memastikan bahwa gedung dalam kondisi aman. “Ada beberapa kerusakan bangunan pasca gempa, diantaranya, dinding retak, plafon rusak dan ada yang rubuh. Kondisi itu yang membuat kami tidak berani untuk mulai memberikan pelayanan dalam gedung, meskipun gempa sudah mulai tidak dirasakan lagi,” lanjutnya.
Dirinya mengakui bahwa pelayanan kesehatan dalam tenda menjadi masalah tersendiri, mengingat pada waktu siang hari kondisi sangat panas dan malam sangat dingin, sehingga pasien tidak bisa istrahat dengan tenang. “Sampai saat ini kondisi pasien banyak yang berada di tenda pengungsian dan mereka mengeluhakan kondisi terpal yang panas dan alatnya medis yang kurang,” ucapnya. **