Taliwang, – Managemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSDU) Asy-Syifa masih berupaya untuk mendapatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pembangunan lanjutan gedung pelayanan, meskipun upaya itu sudah sering dilaksanakan, namun pihak Kemeterian Kesehatan (Kemenkes) belum juga memberikan sinyal dukungannya.
“Setiap tahun kami terus mendorong Kemenkes untuk bisa mempersiapkan anggaran pembangunan lanjutan gedung pelayanan di RSUD Asy-syifa. Tambahan gedung pelayanan akan memacu seluruh pelayan medis untuk meningkatkan pelayanan,” kata dr Carlof selaku direktur RSUD Asy-Syifa Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Dikesempatan itu Carlof sangat berharap dukungan dari semua pihak untuk mendapatkan anggaran yang diperkirakan sebesar Rp. 125 miliar lebih. Anggaran besar itu sendiri diharapkan bisa untuk membangun satu gendung pelayanan tambahan serta jembatan penyeberangannya. “Mungkin karena anggaran yang sangat besar sehingga pemerintah pusat belum juga menyetujui, tetapi kalau mendapat dukungan dari seluruh jajaran pemerintah KSB diyakini bisa segera terealisasi,” ucapnya.
Carlof sendiri mengakui bahwa gedung pelayanan yang dimiliki sekarang masih bisa menampung pasien, tetapi untuk mendorong peningkatan pelayanan dari berbagai kasus yang ditangani, termasuk untuk membuka layanan baru lainnya harus dibarengi dengan penambahan fasilitas ruangan. “Kalau RSUD Asy-Syifa ingin memperbanyak layanan penyakit bagi masyarakat, harus ada penambahan gedung pelayanan dan jumlah tenaga medis juga wajib ditambah lagi,” terangnya, sambil berharap gedung RSUD Asy-syifa nantinya bisa sesuai grand design yang ada.
Salah satu syarat untuk mendapatkan penambahan gedung pelayanan baru, jumlah atau volume pasien harus membludak sampai tidak bisa terlayani, namun sampai saat ini keberadaan gedung layanan masih sangat cukup. “Pertimbangan besar kami bukan masalah jumlah pasien yang dilayani, tetapi tingkat rujukan yang cukup banyak lantaran ada beberapa pelayanan yang tidak bisa ditangani, sehingga tambahan gedung layanan menjadi hal yang sangat penting,” urainya.
Keberadaan RSUD Asy-Syifa seharusnya menjadi solusi bagi seluruh masyarakat dalam pelayanan kesehatan, apalagi untuk melakukan rujukan cukup jauh jarak tempuhnya (Mataram,red). Belum lagi kendala yang sering dihadapi, dimana dermaga penyeberangan sering mengalami masalah, termasuk cuaca yang tidak mendukung, sementara pelayanan pasien rujukan tidak bisa ditunda. “Kalau kita memiliki gedung pelayanan baru, jumlah rujukan akan bisa ditekan lebih maksimal,” tuturnya.
Kendati demikian, pihak RSUD Asy Syifa tetap memaksimalkan pelayanan seideal mungkin. Bahkan salah satu indikator keberhasilan kinerjanya, dilihat dari angka rujukan tahun 2018 yang trendnya relatif menurun jika dibanding tahun sebelumnya. “Data kami di tahun 2017, pasiennya yang dirujuk mencapai 5% dari jumlah kunjungan sekitar 20.000-an, tapi jika dilihat 5%-nya kelihatan kecil. Namun dari 20 ribuan bisa kita dapatkan angka 1.000 pasien, jadi kalau kita kalkulasikan perhari minimal ada 3 pasien yang kita rujuk. Di tahun ini (2018,red) laporan bulanannya mencapai kisaran 3% hingga 4%, artinya sudah lebih berkurang lagi. Itu menandakan, jika pelayanannya lebih maka akan terus berkurang, termasuk pelayanan jika adanya gedung baru,” timpalnya. **