Mataram – MUI NTB (Nusa Tenggara Barat) menghimbau warga NTB tidak mengikuti reuni 212 di Jakarta dan mengajak warga untuk lebih memperbanyak melakukan kegiatan doa dan zikir bersama demi keselamatan bangsa dan negara di masjid-masjid yang ada di NTB.
Ketua MUI NTB, Prof Syaiful Muslim menilai reuni 212 di Jakarta, cenderung politis karena sudah tidak ada esensi agamanya. Lebih baik masyarakat melakukan kegiatan positif seperti mengadakan kegiatan doa bersama, zikir akbar dan tausiah dengan mengusung tema-tema persatuan dalam rangka menjaga keselamatan dan keberlangsungan bangsa dan Negara. Apalagi tahun ini adalah tahun politik, dimana persatuan dan kesatauan bangsa harus tetap terjaga meskipun berbeda pilihan politik.
“Reuni 212 dalam pandangan kami sudah tidak ada esensi agamanya dan cenderung mengarah kepada kegiatan politik”, katanya.
Dilihat dari pengalaman dan sejarah gerakan 212, awalnya gerakan tersebut ditujukan untuk menyikapi penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama. Saat itu MUI juga sudah bersikap dan Basuki Tjahaja Purnama juga sudah mendapatkan hukuman. Artinya kasus penistaan agama oleh Ahok sudah selesai sehingga tidak relevan lagi mengadakan kegiatan 212.
“Maka dari itu, warga NTB dihimbau untuk tidak berangkat ke Jakarta. Perbanyak saja ibadah, berdoa dan berzikir bersama di masjid-masijd yang ada di NTB”, ungkapnya.
Lebih lanjut, Prof Syaiful Muslim meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan politik yang dibungkus dengan kegiatan keagamaan.
“Warga tidak dilarang untuk melakukan kegiatan politik namun jangan sampai kegiatan politik tersebut menggunakan simbol-simbol agama”, terangnya.
Himbauan tersebut juga disampaikan dalam rangka menyikapi eskalasi persaingan politik pada Pemilu 2019 mendatang. Dikhawatirkan persaingan politik dapat menimbulkan kegaduhan dan memicu terjadinya problematika baru yang dapat merugikan masyarakat secara umum. **