Taliwang, – Taman dalam areal Kemutar Telu Center (KTC) yang merupakan kawasan perkantoran pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) kondisinya sudah rusak, bahkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) selaku leading sektor menilai tingkat kerusakan mencapai 50 persen.
Kerusakan taman lebih dominan disebabkan oleh ternak yang dilepas dalam areal KTC, serta sebagian kecil akibat ulah masyarakat yang memanfaatkan taman sebagai akses jalan, tempat tongkrongan, bahkan ada yang memaksa melintas dengan kendaraan lantaran malas memutar. “Estimasi kami bisa mencappai 50 persen tingkat kerusakannya,” kata Amrullah S.Ap selaku kabid pertamanan dan Penerangan Jalan Umum (PJU), pada DLH KSB, saat ditemui media ini Selasa 12/3 kemarin.
Kerusakan paling para ada pada tanaman yang berada disekitar Masjid Agung Darusallam, dimana tanaman rata-rata tidak lagi memiliki kuncup dan daun akibat dimakan ternak jenis kambing. “Kalau tanaman sempat dimakan oleh kambing, maka sulit bisa bertahan lama atau masuk kategori mati, sementara sebagian besar tanaman dalam areal KTC sudah dimakan kambing,” sesalnya.
Lantaran KTC belum steril atau masih dijadikan lokasi pelepasan ternak, DLH KSB belum memikirkan konsep penataan taman atau pergantian tanaman, karena dinilai percuma dan menghabiskan tenaga serta anggaran. “Kami sudah melayangkan surat kepada Polisi Pamong Praja (Pol PP) terkait dengan keluhan soal ternak dalam areal KTC telah merusak tanaman, jadi sekarang kami menunggu kepastian steril baru bisa mulai melakukan penataan taman,” lanjutnya.
Selain persoalan kerusakan taman, Amrullah juga menyinggung soal pengerusakan lampu hias yang belum sebulan terpasang, bahkan ada beberapa titik lampu hias hilang dicuri. “Lampu hias yang melilit pohon untuk membantu memperindah wilayah KTC, namun justru ada yang sengaja merusak dan mengambilnya dan ada juga yang memindahkannya,” sesalnya.
Konsentrasi penataan taman juga pada ruas jalan dua sepanjang jalur Terminal dan jalur masuk Poto Tano. Tetapi untuk jalur tersebut tidak akan menggunakan tanaman hias, mengingat jumlah ternak disekitar ruas jalan yang cukup banyak. “Khusus ruas jalan Poto Tano akan menanam pohon yang tidak dikonsumsi hewan ternak, sementara ruas Terminal dan pasar dikonsentrasikan pohon peneduh,” tuturnya, sambil mengatakan bahwa penataan itu masih dalam bentuk konsep lantaran belum tersedia anggarannya.
Diakhir keterangannya, Amrullah sangat berharap kepada semua pemilik ternak untuk menghentikan pelepasan ternak dalam areal KTC, sebab bukan hanya merusak tanaman tetapi juga menjadi penyebab bau menyengat, dimana pada beberapa lokasi terlihat kotoran ternak. **