Maluk, – Tim percepatan pembangunan pabrik pengolahan emas dan tembaga (Smelter), pada Jum’at 17/1 kemarin, mendatangi sejumlah rumah yang berada di dusun Otak Keris untuk menyampaikan rencana pembersihan lahan dan meminta para penghuni untuk segera meninggalkan rumah.
“Sekarang ini masuk dalam tahap pembersihan lahan untuk lokasi yang menjadi rencana pembangunan pabrik Smelter serta industri turunannya, jadi semua rumah yang berada dalam areal lokasi harus dirobohkan terlebih dahulu, namun sebelum dilakukan eksekusi maka mendatangi warga untuk segera meninggalkan rumah yang dihuni atau yang akan dirobohkan itu,” kata Dr H Amry Rakhman, M.Si, selaku perwakilan tim percepatan dari pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Diingatkan H Amry sapaan akrabnya, rumah yang akan dirobohkan itu sudah menjadi areal milik perusahaan atau telah dilakukan proses pembayaran, jadi bukan melakukan pemaksaan pembongkaran untuk kepentingan pembangunan smelter. “Perusahaan ingin mulai melakukan pembersihan lahan terhadap kawasan yang sudah dibayar lunas, jadi akan dilakukan pembongkaran dan sebelumnya diawali dengan pemutusan jaringan listrik,” lanjutnya.
H Amry yang kini menjabat sebagai kepada Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Permukiman (DPUPRPP) juga menyebutkan, pembersihan lahan tersebut diperkirakan selesai pada Februari mendatang dan setelah semuanya siap maka akan dilakukan tahapan selanjutnya yaitu pembangunan Smelter. “Kami dari tim percepatan terus bekerja agar rencana pembangunan smelter berjalan sesuai harapan,” ungkapnya.
Terkait dengan kebutuhan lahan untuk pembangunan smelter dan industri turunannya, H Amry mengaku bahwa perusahaan membutuhkan lahan sekitar 1200 hektar. Untuk memenuhi kebutuhan lahan dimaksud, maka ada empat desa yang terdampak dari pembangunan Smelter ini, yaitu, Desa Maluk, Desa Bukit Damai, Desa Benete dan Desa Mantun. “Dsa Maluk paling banyak lahannya yang akan digunakan untuk pembangunan Smelter,” tegasnya.
Soal kebutuhan lahan itu sendiri, tim percepatan pembangunan Smelter sampai sekarang ini masih melakukan berbagai upaya pendekatan kepada masyarakat, agar mendukung pembangunan smelter dengan menyetujui pembebasan lahan. “Kami sangat percaya bahwa masyarakat sangat mendukung pembangunan smelter beserta indurti turunannya, jadi rencana pembebasan lahan sampai saat ini berjalan lancar dan aman,” akunya.
Aktifitas pembersihan lahan itu sendiri mendapat protes warga sekitar, tim percepatan seharusnya menyelesaikan terlebih dahulu proses pembebasan lahan baru melakukan aktifitas dimaksud. “Belum semua lahan dibebaskan, tetapi kenapa sudah dilakukan aktifitas pembersihan lahan,” sesal Abdul Mutalib, salah seorang warga pemilik lahan disekitar lokasi pembersihan tersebut.
Dikesempatan itu Mutalib juga memastikan jika dirinya tidak akan menyetujui proses pembebasan atas lahan miliknya, jika perusahaan tidak memberikan kepastian akan diterima sebagai pekerja. “Saya tidak akan menjual tanah jika syarat diberikan pekerjaan tidak disetujui,” tegasnya, sambil mengatakn jika dalam waktu dekat lahan miliknya akan ditanami jagung. **