Taliwang, – Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat (DLH KSB) melaksanakan penandatanganan Memorandum of Undestanding (MoU) dengan pihak SDN Telaga Baru, dalam rangka pendampingan untuk dijadikan sekolah adiwiyata. Kegiatan itu terangkai dalam sosialisasi program Siswa Peduli Sampah Menuju Sekolah Nihil Sampah (Si-Lisa Manis) dan program pembuatan Lubang Daur Ulang Sampah (Bang Daus).
Ferial SKM selaku kepala DLH KSB saat acara sosialisasi mengatakan, tujuan penting dalam semua rangkaian kegiatan adalah edukasi kepada siswa beserta guru tentang pentingnya mengelola sampah, termasuk berupaya untuk mengurangi produk yang akan menghasilkan sampah. “Tidak semua sampah harus dibuang, jadi dibutuhkan pengetahuan untuk bisa mengelola dan memanfaatkannya,” ucapnya dihadapan siswa dan guru SDN Telaga Baru, kemarin.
Diingatkan Ferial, DLH dalam melakukan kunjungan sekolah untuk memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah, bukan hanya memberikan teori, tetapi langsung melakukan praktik sebagai upaya ajakan secara serius dalam memanfaatkan sampah. “Saya berharap kepada semua warga lingkungan sekolah untuk bisa mengikuti rangkaian kegiatan, sehingga dapat dipraktikan langsung sampai dikediaman masing-masing,” tandasnya.
Masih keterangan Ferial, DLH memang sengaja melakukan sosialisasi khusus lingkungan sekolah, terutama pelajar yang berada di sekolah dasar dan menengah, agar bisa menjadi agen dalam lingkungan rumah serta bisa dijadikan kebiasaan sehari-hari. “Pendidikan khusus bagi pelajar kegiatan sosialisasi yang kami laksanakan sekarang. Harapannya, dalam beberapa tahun mendatang tidak ada warga KSB yang membuang sampah sembarangan,” harapnya.
Deddy Damhudi Khatib, ST, M.Si selaku kabid kebersihan pada DLH KSB mengingatkan bahwa sampah pada prinsipnya bukan limbah yang harus dibuang, jadi harus mengetahui fungsi dan kegunaan dari barang dimaksud, terutama sampah yang dihasilkan oleh produk dapur dan dilingkungan sekolah. “Saya berharap apa yang diketahui dalam sosialisasi ini bisa juga diterapkan dalam lingkungan rumah masing-masing,” lanjutnya.
Salah satu praktik yang ditunjukan saat kunjungan itu sendiri adalah pembuatan eco-enzyme dari bahan kulit jeruk, dimana cara membuatnya sangat mudah dan bisa dilakukan di rumah. Bahan yang diperlukan untuk membuat eco-enzyme adalah kulit buah atau sayur, gula, air, dan wadah tertutup. “Setelah proses fermentasi selama 3 bulan maka eco-enzyme siap dipanen. Saring terlebih dahulu untuk memisahkan cairan dengan residu. Residu hasil dari fermentasi bisa kembali digunakan dengan menambahkan kulit buah yang akan digunakan,” bebernya.
Dilokasi juga diakui telah dilakukan pembuatan Lubang Daur Ulang Sampah (Bang Daus) yang akan bermanfaat bagi lingkungan sekolah, termasuk untuk bisa dijadikan media penyuburan tanah. **