Taliwang, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), terus gencar memberikan pemahaman kepada pelajar untuk mengerti dan memahami cara mengolah sampah, sehingga keberadaan sampah nantinya tidak menjadi masalah, terutama dalam lingkungan sekolah.
Kegiatan roadshow untuk menunjang program Siswa Peduli Sampah Menuju Sekolah Nihil Sampah (Si-Lisa Manis) yang dilaksanakan Selasa 21/9 kemarin dengan mendatangi SDN Bangkat Monteh. Dilokasi itu tim DLH KSB memberikan pemahaman serta mempraktekan kepada siswa cara membuat Eco-Enzyme atau cairan hasil fermentasi antara limbah dapur, seperti kulit buah atau sayur-sayuran dengan air dan gula untuk dimanfaatkan sebagai pengganti handsanitizer.
“Kunjungan sekolah yang dilaksanakan bukan sekedar untuk mengajak siswa tidak membuang sampah sembarangan, tetapi juga mengingatkan bahwa sampah bisa menghasilkan produk yang dibutuhkan, sehingga DLH mendatangi beberapa sekolah untuk menjelaskan sekaligus praktik pengolahan atas limbah,” kata Deddy Damhudi Khatib, ST, M.Si selaku kabid kebersihan pada DLH yang bertanggung jawab dengan program.
Saat dihadapan siswa dan para guru, Deddy sapaan akrab mengingatkan bahwa sampah pada prinsipnya bukan limbah yang harus dibuang, jadi harus mengetahui fungsi dan kegunaan dari barang dimaksud, terutama sampah yang dihasilkan oleh produk dapur dan dilingkungan sekolah. “Saya berharap apa yang diketahui dalam sosialisasi ini bisa juga diterapkan dalam lingkungan rumah masing-masing,” lanjutnya.
Salah satu praktik yang ditunjukan saat kunjungan di SDN Bangkat Monteh adalah pembuatan eco-enzyme, dimana bahan yang dipergunakan adalah kulit buah yang memiliki aroma segar, seperti kulit jeruk, jeruk nipis, lemon, serai, pandan, atau jahe. “Kita akan fermentasi dari sampah buah itu untuk menjadi pembersih serbaguna, pembasmi hama, memberikan nutrisi pada tanah, hingga melestarikan lingkungan sekitar,” ungkapnya.
Membuat eco-enzyme sangat mudah dan bisa dilakukan di rumah. Bahan yang diperlukan untuk membuat eco-enzyme adalah kulit buah atau sayur, gula, air, dan wadah tertutup. “Setelah proses fermentasi selama 3 bulan maka eco-enzyme siap dipanen. Saring terlebih dahulu untuk memisahkan cairan dengan residu. Residu hasil dari fermentasi bisa kembali digunakan dengan menambahkan kulit buah yang akan digunakan,” tuturnya.
Mengingat semangat besar keliling sekolah adalah edukasi secara langsung kepada pelajar, Deddy memastikan bahwa ada beberapa sekolah yang akan kembali dikunjungi, bahwa sudah menetapkan jadwal. Hal itu sebagai bukti jika cukup tinggi animo dunia pendidikan untuk mendapat pembelajara cara pengolahan sampah. “Kami akan terus melakukan kunjungan sekolah dengan harapan dalam beberapa tahun mendatang, tidak ada lagi warga yang membuang sampaj sembarangan, justru mengerti dan mengetahui cara mengolah sampah,” harapnya. **