Taliwang, – Program Kelas Kecil yang menjadi inovasi aparatur lingkup Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Arpus) masih berlanjut. Beberapa waktu lalu khusus episode meracik Kopi V60 dan kreasi seputar masker beserta pernak – perniknya termasuk konektor.
Untuk temi meracik kopi, dihadirkan langsung seorang barista yang sudah terkenal, termasuk pemilik Vescobar, Eko Madya. Sementara relawan untuk episode inovasi masker beserta konektor adalah Benny Samuel, seorang aparatur pemerintah KSB yang kini berdinas pada Badan Kepegawaian dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (BKPSDM).
Episode meracik kopi menghadirkan peserta yang sudah dewan dan terlihat sangat antusiasi mengikuti semua tahapan, karena memang trend mengkonsumsi kopi semakin semarak. “Peserta bukan hanya mendengarkan teori yang disampaikan relawan, tetapi juga ikut praktek membuat kopi itu sendiri. Hal ini yang selalu menarik pada setiap kelas kecil,” kata Kabid pengembangan perpustakaan pada Dinas Arpus KSB, Mariati, S.Adm
Seperti diketahui, program kelas kecil yang telah dilaksanakan sejak tahun 2019 lalu, bisa dikatakan sangat berbeda dan mungkin hanya ada di KSB, dimana relawan bukan sekedar menjadi narasumber, tetapi juga akan menyiapkan hadiah atau doorprize untuk peserta. “Narasumber secara sukarela berbagi ilmu dan ada juga yang menyiapkan hadiah khusus untuk peserta,” bebernya.
Kelas kecil bisa juga dimaknai sebagai upaya pemenuhan visi Dinas Arpus KSB sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar, dimana harus ada keterlibatan secara partisipasi masyarakat sebagai peserta untuk belajar. “Banyak tema yang kita angkat, dikondisikan dengan kondisi kekinian atau disesuaikan dengan hari besar nasional. Seperti hari kesehatan gigi, maka kami hadirkan gokter gigi. Begitu juga dihari gizi, hari pangan dan hari lainnya. Peserta juga bisa langsung mempraktekkannya,” tuturnya.
Sisi lainnya, Arpus KSB mendapat program prioritas nasional, yakni transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial di tahun 2022. Dimana program ini lebih kepada perpustakaan bisa mensejahterahkan masyarakat. Karena konsep secara nasional literasi untuk kesejahteraan, dimaknai sebagai sejahtera ekonomi. “Di KSB berbeda, kita melihat literasi kesejahteraan ekonomi dan juga non ekonomi, artinya masuk psikis di dalamnya. Oleh karenanya, kita juga buka ‘kelas kecil’ psikologi, psikiatri dan lain sebagainya sebagai bentuk salah satu dari implementasi literasi kesejahteraan non ekonomi,” tandasnya. **