Taliwang, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tetap melakukan pemantauan wilayah yang berpotensi mengalami kesulitan air bersih, meskipun Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan prediksi, jika potensi dimaksud tidak terjadi dengan melihat indikatornya, terutama Hari Tanpa Hujan (HTH).
Abdul Hamid S.Pd selaku Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD KSB menyampaikan, jika mengacu pada indikator yang ditetapkan BMKG bahwa setelah HTH mencapai 21 hari, maka wilayah dimaksud sangat berpotensi mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih. “Kita ketahui bahwa hampir semua wilayah KSB dalam beberapa hari terakhir terjadi hujan,” ucapnya.
Meskipun potensi kesulitan air bersih pada beberapa wilayah semakin kecil, Hamid sapaan akrabnya mengaku tetap selalu siaga sebagai upaya percepatan layanan terhadap masyarakat. “Air bersih termasuk kebutuhan utama bagi manusia, jadi pemerintah KSB tetap selalu siaga untuk memberikan bantuan saat ada wilayah yang mengalami kesulitan air bersih,” timpalnya.
Masih keterangan Hamid, dirinya berkeyakinan saat ini tidak ada wilayah yang mengalami kesulitan air bersih. Buktinya, pihaknya belum menerima surat permohonan dari pemerintah Desa untuk dilakukan penyuplaian air bersih. “Sejak awal masuk musim kemarau, BPBD telah melakukan koordinasi dengan semua pemerintah Desa, agar segera menyampaikan permohonan secara resmi bantuan air bersih,” tuturnya.
Dikesempatan itu Hamid mengakui pernah menerima surat permohonan dari Desa Talonang Baru kecamatan Sekongkang, namun yang diminta bukan distribusi air bersih, tetapi bantuan berupa sumur bor yang akan menjadi sumber air bersih masyarakat. “Kalau permohonan bantuan berupa sumur bor, BPBD harus koordinasi lintas sektor dan menjadikan sebagai laporan, apalagi tidak tersedia anggaran untuk kegitan dimaksud,” tegasnya.
Terkait upaya pencegahan kesulitan pendistribusian air bersih, Hamid mengaku jika pihaknya telah mengusulkan program pembangunan tandon (tandonisasi) pada wilayah yang rawan kekeringan. Langkah itu sebagai upaya mengantisipasi kesulitan air bersih saat musim kemarau. “Tandonisasi menjadi solusi cepat penanganan daerah yang kesulitan air bersih,” ungkapnya.
Program tandonisasi juga dinilai sebagai ajakan gotong royong kepada semua pihak, baik warga masyarakat secara umum maupun perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). “Siapa saja bisa menyumbang air dengan mengisi tandon saat musim kemarau,” katanya. **