Taliwang, – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumbawa Barat (Kemenag-KSB) melaksanakan kegiatan sosialisasi dan launching kampung moderasi beragama. Acara itu dibuka secara langsung oleh Wakil Bupati KSB, Fud Syaifuddin, ST dengan didampingi Drs Mulyadi M.Si selaku plh Sekda dan sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Wabup KSB dalam sambutan pembuka mengingatkan, jika semua agama yang ada di Indonesia juga hidup rukun di KSB. Hal itu tidak lepas dari peran kita semua dalam menjadi kondusifitas daerah, sehingga KSB sampai saat ini masih berstatus sebagai kabupaten zero horizontal konflik. “Kita sadar sudah menjadi takdir bahwa manusia akan hidup berkelompok – kelompok, tapi itu tidak harus menjadikan horizontal konflik,” ucapnya.
Dikesempatan itu Wabup berharap dengan launching Kampung Moderasi Beragama akan memperkuat silaturrahmi antar masyarakat menuju Kabupaten berperadaban fitrah yang baldatun toyyibatun warabbhunghafur. “Rasulullah adalah contoh teladan moderasi beragama, dimana ditunjukkan dengan kesabaran ketika memberikan makan kepada Yahudi buta dengan lembut walaupun rasul di caci, jadi kita tidak boleh mengusik agama orang lain, karena kita semua yakin setiap masyarakat berlandaskan ketuhanan yang maha esa. Semua agama mengajarkan kepada kebaikan, berpikir baik, berbuat baik,” tandasnya.
Dalam kesempatan tersebut Wabup juga mengingatkan terkait pemberlakuan jam beribadah di perusahaan, terutama yang beroperasi di Kecamatan Maluk. Dinas tenaga kerja harus memperhatikan ini, karena Negara telah memberikan hak kepada seluruh rakyatnya untuk melaksanakan ibadahnya. Pemda dengan kemenag, jangan sampai ada oknum perusahaan yang tidak memberikan ruang kepada karyawannya untuk beribadah, dan itu bisa kita tindak.
H Ahmad Taufiq S.Ag, MM selaku kepala Kemenag KSB menyampaikan bahwa yang ikut dalam kegiatan tersebut adalah Penyuluh agama non PNS. Sementara itu, Di KSB setiap desa kecamatan sudah ada kampung moderasi beragama yaitu Poto Tano di Desa Tambak Sari, Seteluk di Desa Air Suning, Taliwang di Kelurahan Kuang, Brang Ene di Desa Manemeng, Brang Rea di Sapugara Bree, Jereweh di Desa Goa, Maluk di Desa Pasir Putih, dan Sekongkang di Desa Kemuning.
Dirinya kemudian menambahkan bahwa, di tengah masyarakat kadang terbangun faham yang kadang kala sudah salah. Didalam umat islam saja ada perbedaan. Salah satu contoh misalnya pas masuk bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan pelaksanaan shalat taraweh. Jika kita berpatokan pada Pancasila, maka semua agama tiak ada bedanya. Niatnya sama yaitu mengharapkan ridha Allah Tuhan maha esa. Cuma caranya yang berbeda. Oleh karenanya kepada para penyuluh agar dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat jangan membawa ego sendiri. Ketika kita masuk ke Masyarakat kita harus bisa masuk jalan tengah.
Nurul Aini, S. Ag selaku ketua panitia menyampaikan, kegiatan yang dilaksanakan merupakan program kementerian agama RI dalam rangka menciptakan lingkungan dengan sikap toleransi yang tinggi dan penuh harmonis. Utusan kelompok yang ikut dalam kegiatan tersebut kampung moderasi beragama yang merupakan perwakilan dari masing – masing Kecamatan. **