Sekongkang, – Salah satu Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan PT. AMMAN Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) pada pilar Economic Empowerment adalah, pengelolaan dan pengolahan sampah organik melalui budidaya maggot dengan berbasis masyarakat di Desa Sekongkang Atas kecamatan Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Lalu Nofa Setiawan selaku spescialist economic empowerment AMMAN mengawali penjelasannya, jika Maggot merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa. Tubuh maggot berwarna hitam dan sekilas mirip dengan tawon. “Perlu diketahui bersama bahwa maggot bukan belatung,” ucapnya.
Diakui Lalu sapaan akrabnya, budidaya maggot yang dilaksanakan langsung mendapat respon dari pemerintah Desa setempat, lantaran sudah mengetahui bahwa Larvanya dapat mengurai sampah dan pakan ikan sedangkan bangkai lalat yang sudah mati dapat digunakan sebagai pellet ikan. “Budidaya maggot tidak menimbulkan bau tidak sedap, terus Maggot juga bisa menghasilkan pupuk dari hasil kotorannya yang sangat baik untuk dijadikan pupuk alami dan bernilai ekonomi tinggi serta Maggot bisa menjadi alternatif pakan ternak dengan kandungan protein tinggi,” urainya.
Masih keterangan Lalu, program budidaya maggot diharapkan dapat memberikan edukasi sekaligus mengorganisir komunitas, agar bersedia terlibat dalam mengembangkan limbah organik menjadi produk bernilai ekonomi dalam bentuk makanan ternak dan pupuk organik bagi petani dan peternak. “Masyarakat bisa langsung melakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik,” lanjutnya.
Dalam rangka menyukseskan program dimaksud, intervensi yang dilakukan program ini adalah, pembangunan lokasi peternakan budidaya maggot, pelatihan pengelolaan dan pengolahan sampah organik, pendampingan kelompok peternak maggot (termasuk pendampingan teknis produksi, manajemen bisnis dan penjualan), pendampingan pembuatan produk bernilai ekonomi (pupuk dan pakan ternak). Masyarakat yang ikut serta dalam mengumpulkan sampah organik juga akan mendapatkan keuntungan (konsep bank sampah), dan dapat menabung serta menukarkan sampah dengan produk sembako.
Sementara Anindya Praharsacitta Nirbito selaku manager parthnership social impact menyampaikan, program budidaya maggot termasuk bentuk realisasi komitmen bersama dengan pemerintah KSB yang tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) tentang Pengelolaan Sampah untuk Mendorong Pengembangan dan Implementasi Sistem Pengelolaan Sampah Berkelanjutan.
Lanjut Citta sapaan akrabnya, nota kesepakatan itu juga meliputi beberapa kerja sama lainnya, antara lain peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik, penguatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dalam pengelolaan sampah, serta pengembangan program dan kegiatan pengelolaan sampah yang inovatif.
Arif selaku teknisi pendamping kelompok masyarakat Desa Sekongkang Atas menjelaskan, maggot adalah larva Black Soldier Fly (BSF) yang aman bagi manusia atau tidak menimbulkan wabah penyakit, pertumbuhan yang cepat, bersih, perawatan mudah, biaya produksi murah, bisa diproduksi di lahan yang sempit dan tidak berbau.
Diingatkan bahwa sumber makanan Maggot adalah semua sampah basah, diantaranya sampah dari sisa dapur, sampah pasar berupa sayur dan buah, kotoran ternak dan limbah pabrik berupa ampas tahu. “Sampah basah bukan berupa sampah yang sudah membusuk dan mengeluarkan air lindi. Jika sampahnya berair maka akan membuat maggot mati, karena maggot menyukai daerah yang bersih dan kering,” terangnya.
Jayadi, MH selaku Kades Sekongkang Atas mengakui tidak mudah mulai melaksanakan program budidaya maggot ini, karena berkaitan dengan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, namun dirinya merasa yakin akan sukses. “Saat ini sudah direspon baik oleh masyarakat. Hal itu yang membuat saya sangat yakin bahwa budidaya maggot akan memberikan kontribusi ekonomi kepada masyarakat,” akunya. **