Taliwang, – Program kemitraan antara pemerintah Australia dengan pemerintah Indonesia dalam bentuk Inovasi Pendidikan untuk Anak Indonesia (INOVASI), menggelar sosialisasi lanjutan terkait program rintisan Pembelajaran Literasi Kelas (PELITA). Kegiatan yang dihadiri 78 orang yang terdiri masing-masing 17 orang guru kelas 1, 2 dan 3, lalu 17 orang kepala sekolah dan 10 orang pengawas SD.
Zulkarnain selaku Distrik Fasilitator (DF) wilayah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) pada kesempatan itu mengingatkan, jika pertemuan itu sendiri adalah tahapan awal bagi para peserta, karena program akan berlanjut sampai November 2018 mendatang. “Pertemuan antara pihak INOVASI, Fasilitator Daerah (Fasda) dengan para guru akan terus dilakukan dalam mencari formulasi terbaik untuk meningkatkan mutu pendidikan, terutama mencari akar masalah terkait LITERASI,” tuturnya.
Diingatkan juga bahwa konsentrasi terhadap masalah literasi itu sendiri berangkat dari masalah yang teridentifikasi, dimana masih rendah tingkat pemahaman literasi siswa sekolah dasar kelas awal (kelas 1, 2, dan 3) di Provinsi NTB, kemitraan ini mengupayakan peningkatan kualitas pembelajaran literasi kelas awal melalui PELITA dengan menggaet para guru, kepala sekolah, dan pengawas untuk turut serta mendorong kemampuan baca tulis siswa. “Melalui program rintisan PELITA, INOVASI merujuk pada berbagai penelitian yang menunjukan bahwa tingkat pemahaman siswa sangat terkait dengan kondisi dan kemampuan guru dalam hal penguasaan materi, metode, pemilihan alat atau instrumen, pemilihan materi yang digunakan serta pengelolaan kelas. Maka melalui program rintisan PELITA, para pihak dari unsur sekolah dilatih untuk mengembangkan cara belajar mengajar di kelas, sebagai ujung tombak penentu mutu pendidikan anak, khususnya bidang literasi,” bebernya.
Supiani S.Pd, salah seorang peserta pada media ini mengaku sangat terbantukan dengan program tersebut, terutama dalam melakukan identifikasi masalah yang ditengari sebagai kendala dalam mengembangkan literasi anak. “Kami bukan hanya mendapatkan materi, tetapi juga diajak sebagai aktif untuk mengenal masalah dalam lingkungan kelas sekolah masing-masing,” katanya.
Sementara Arahman selaku Kepsek SDN 2 Taliwang mengakui bahwa pola yang dilaksanakan bukan hanya mengajak para guru untuk menemukan metode pengajaran, tetapi juga mengingatkan bahwa hal yang ditemukan dalam ruang kelas harus bisa dianalisa secara baik, sehingga bisa menemukan solusi lokal. “Kita sering mengatakan anak kita malas belajar, padahal kita sebagai guru tidak paham bahwa itu masalah yang harus dicarikan solusinya,” terangnya.
Sedangkan H M Said Ismail, M.Ag selaku pengawas yang juga terlibat dalam kegiatan menyampaikan harapannya jika kedepan mutu pendidikan siswa meningkat. “Kalau kita bisa memahami cara pendekatan yang diterapkan INOVASI, maka saya sangat yakin semua guru akan menjadi bagian penting dalam peningkatan mutu pendidikan, termasuk dalam literasi anak,” ungkapnya.
Program rintisan PELITA telah melalui tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi masalah dan pra rintisan sejak tahun 2016 lalu dan sedang mengupayakan tahap rintisan sepanjang tahun 2018 ini. Kegiatan sosialisasi akan dilanjutkan dengan rangkaian pelatihan bagi para unsur sekolah untuk mengembangkan kualitas pembelajaran siswa, khususnya bidang literasi. **