Taliwang, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sangat serius untuk menghilangkan rasa trauma gempa, terutama bagi anak-anak dibawah umur maupun yang sekarang menjadi pelajar.
Dalam beberapa kali pertemuan di tenda penanggulangan bencana lingkup Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Bupati KSB, Dr Ir H W Musyafirin, MM selalu mengingatkan kepada Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan untuk selalu melaksanakan program trauma healing, terutama untuk anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa dan daerah ini. “Saya minta perbanyak kegiatan yang berkaitan dengan trauma healing,” timpalnya.
H Pirin sapaan akrab Bupati KSB juga meminta agar melibatkan semua komponen dalam melaksanakan program trauma healing, karena memang penanganan pasca gempa bukan hanya membangun kembali infrastruktur yang rusak, tetapi juga mental masyarakat harus dipulihkan juga. “Saya minta ada laporan tiap saat untuk progres penanganan trauma healing, serta menyampaikan kendala jika dalam pelaksanaannya ditemukan persoalan, sehingga bisa dicarikan solusi secara bersama-sama,” lanjutnya.
Sementara dr H Syaifuddin selaku kepala Dinas Sosial (Dinsos) mengaku telah membentuk pondok ceria anak yang akan membantu menghilangkan trauma pada anak yang terdampak. “Kegiatan untuk menghilangkan trauma healing sudah berlangsung, bahkan pihaknya mendatangkan ahli trauma healing dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal itu sebagai bentuk keseriusan dalam melaksanakan program pasca gempa,” akunya.
Diakui juga H Syaifuddin, banyak komponen yang melaksanakan kegiatan termasuk bagian dari trauma healing, sehingga dirinya merasa yakin bahwa psikologi anak yang merasakan gempa akan mulai pulih kembali. “Memang kita tidak bisa mengukur batas keberhasilannya, tetapi dengan berbagai upaya yang telah dilaksanakan bisa mengurangi trauma itu sendiri,” urainya.
Sementara Trisman ST, MP selaku koordinator tim lintas profesi yang intens melaksanakan program pendampingan dalam pemulihan psikis anak pasca gempa menegaskan, hampir semua lokasi telah didatangi untuk mengajak bermain anak. Langkah itu sebagai upaya untuk menghilangkan ingatan tentang bencana gempa. “Kami sengaja mendatangi tenda pengusian untuk bertemu dengan anak-anak dan bermain-main sambil memberikan hadiah, termasuk motivasi dan semangat,” terangnya.
Diakui juga bahwa pendampingan dengan program bermain dan bergembira terkadang dilaksanakan pada malam hari, agar anak yang dilibatkan bisa lebih banyak. “Kalau anak-anak bisa bermain bersama maka rasa trauma itu akan hilang dengan sendirinya, jadi kegiatan terkadang dilaksanakan pada malam hari,” ucapnya. **