Taliwang, – Seminar Nasional yang bertemakan Autisme Is Curible, yang diinisiasi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Inklusi Al Fath yang berada di Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), pada Sabtu 21/10 kemarin di Aula Al-Hamra menghadirkan Dr Rudy Sutadi, SpA, MARS selaku Applied Behavior Analisys (ABA) Indonesia menjadi pemateri.
Mengingat pendeteksian dini terhadap anak autis cukup penting, maka kegiatan yang menghadirkan pakar itu sendiri dipadati oleh peserta, terutama ibu-ibu, lantaran ingin mendengarkan juga tentang apa itu autisme, bahkan tidak sedikit tenaga pendidikan ikut menjadi peserta.
Dr Rudy pada kesempatan itu menyampaikan, Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan nerobiologis yang berat yang terjadi pada anak, dimulai sejak usia 6 bulan dalam kandungan dan berlanjut terlihat dalam masa perkembangannya dan terus sampai dewasa jika tidak ditatalaksana secara tepat. Penyandang autisme mengalami gangguan/masalah pada interaksi sosial, komunikasi non-verbal dan verbal, juga pada minat serta aktivitas yang terbatas dan berulang-ulang.
Berdasarkan mulai terlihatnya gejala-gejala klinis, autisme dapat dibagi menjadi 2 tipe. Yaitu tipe pertama dimana masalah mulai terlihat bahkan mungkin mulai beberapa hari/minggu setelah lahir, yang kemudian gejala-gejala semakin lama semakin banyak serta semakin jelas terlihat. Tipe kedua dimana perkembangan anak mula-mula terlihat relatif normal, namun kemudian pada antara umur 18-24 bulan terjadi regresi, yaitu berbagai kemampuan yang sebelumnya sudah ada maka kemudian menghilang dan hilang.
Penyebab autisme yaitu dasarnya genetik dimana terjadi mutasi langka pada gen atau kombinasi berbagai varian genetik, yang kemudian dipicu oleh berbagai faktor lingkungan, baik itu logam berat, pestisida, bakteri, virus, jamur dan beberapa hal lainnya.
Autisme dapat terjadi pada anak siapa saja, tidak ada perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan etnik. Penyandang autisme lebih banyak lelaki dibandingkan perempuan (yaitu 1 banding 4-5x lebih banyak pada lelaki). Prevalensi autisme semakin lama semakin meningkat. Sampai dengan sebelum tahun 2000, prevalensi autisme 2-5 s/d 15-20 per 1.000 kelahiran, 1-2 per 1.000 penduduk dunia. Data ASA tahun 2000 yaitu 60 per 10.000 kelahiran, dengan jumlah 1 : 250 penduduk. Data CDC tahun 2001 yaitu 1 di antara 150 penduduk, dan di beberapa daerah di USA / UK yaitu di antara 100 penduduk. CDC (2012) sejumlah 1:88, sedangkan CDC (2014) meningkat 30% yaitu sebanyak 1,5% anak di USA (1 banding 68)
Berbagai metode terapi ditawarkan untuk autisme, namun dengan smart ABA dan smart BIT yang telah terbukti efektif dan efisien melalui berbagai penelitian. “Smart ABA merupakan metode terapan praktis yang menggunakan prosedur perubahan perilaku untuk mengajarkan seseorang agar menguasai berbagai kemampuan atau aktivitas, dengan ukuran nilai-nilai/standar yang ada di masyarakat. Prosedur yang digunakan pada ABA berasal dari sejumlah banyak sekali penelitian serta telah teruji dan terbukti efektif dan efisien.
smart BIT (Biomedical Intervention Therapy) yaitu penerapan ilmu biomedis (ilmu-ilmu dasar) pada kedokteran klinik untuk menterapi/memperbaiki berbagai masalah kesehatan/penyakit yang terkait, termasuk autisme. BIT bukan ilmu baru, namun menggabungkan berbagai cabang ilmu yang berkaitan dengan autisme, yaitu antara lain ilmu nerologi, toksikologi, gastroenterologi, hepatologi, imunologi, biokimia, dlsb
Dengan smart ABA dan smart BIT, telah banyak penyandang autisme yang telah sembuh, baik di Amerika maupun di Indonesia. Anak autistik dikatakan sembuh jika mereka masuk ke dalam mainstreaming yaitu mampu mengikuti sekolah biasa/umum/reguler serta kemudian berkembang dan hidup mandiri di masyarakat, secara tidak berbeda dengan anak/orang lain seumumnya sehingga tidak ada yang menyangka berhadapan dengan (mantan) autistik. **