Sumbawa Besar, – Masyarakat Madura di Sumbawa dapat disebut sebagai “Masyarakat Keluarga” Dalam penelitiannya Syamsul Hadi Kusmanto (2019),mengatakan Masyarakat Keluarga yang dimaksud adalah masyarakat yang tindakan ekonominya lebih banyak dipengaruhi oleh institusi keluarga. Hal ini setidaknya ditunjukkan dengan kuatnya peran institusi keluarga dalam mencetak dan membentuk wirausahawan Madura di Sumbawa.
Sejak bermigrasi ke Sumbawa, orang Madura membawa tradisi berdagang, dagangan mereka sejak awal sebagian besar adalah Soto menurut masyarakat Sumbawa. Soto yang dibuat oleh orang Madura sesuai dengan selera masyarakat Sumbawa, dengan demikian orang Madura seperti menemukan “tanah”yang cocok untuk menumbuh kembangkan kreatifitasnya sebagai pedagang soto.
Mad Roni,SHi, Ketua Himpunan Keluarga Madura Samawa (HIKMA Samawa) dalam kesempatan wawancara bersama media Sumbawa Barat Post, Minggu (07/6) di kediamannya mengatakan, keberadaan orang Madura di Sumbawa mampu mengorganisir sebagian anggota keluarganya sebagai pedagang Soto Kambing,Es Campur dan Gado – gado, sehingga Soto Kambing pada umumnya seakan hanya menjadi ”Hak Cipta” yang telah dipatenkan untuk pedagang dari keluarga orang Madura di Sumbawa dengan kata lain, Soto tidak hanya menjadi TrandMark atau merek dagang semata, melainkan symbol identitas kelompok atau bahkan dapat dikatakan sebagai symbol “Corporate discent group” orang Madura di Sumbawa,” ujar Ustad Roni akrab disapa.
Beberapa pejabat Negara yang pernah datang ke Sumbawa dan pernah mencicipi nikmatnya kuliner soto kambing dintaranya ada Bapak Dahlan Iskan, Kapolres Lombok Timur, AKBP Tunggul Sinatrio,S.IK,MM, Mahfud MD,Gubernur NTB Dr.Zulkieflimansyah, M.Iriawan Mantan Kapolda NTB dan disetiap ada kegiatan didaerahnya, Bandung dan Jakarta; M.Iriawan wajib ada menyediakan menu soto Madura Sumbawa yang disiapkan oleh bapak Siman Sadeli.
“Dimasa dampak Covid-19 terhadap para pedagang soto, Alhamdulillah masih sangat terkendali, artinya keluarga Madura Sumbawa tidak ada yang mengeluh untuk mencukupi kehidupan sehari –hari, meskipun dagangannya sepi dari pengunjung,” ujarnya
Keberadaan orang Madura di Sumbawa berhasil secara ekonomi tidak hanya disebabkan oleh kemampuannya mengorganisir anggota keluarga untuk berdagang,tetapi juga oleh kebijakan pemerintah daerah Sumbawa yang memberikan ruang kepada setiap masyarakatnya untuk melakukan aktifitas ekonomi, baik masyarakat pribumi maupun migrant.
Selain itu, terdapat adanya kepercayaan social (Social Trust) yang mendukung efektifitas kebiasaan berdagang orang Madura di Sumbawa. Kepercayaan social yang dimaksud adalah sikap terbuka masyarakat (local) Sumbawa terhadap orang Madura yang diwujudkan dengan perlakuan egaliter (Persamaan derajad pada setiap manusia/Sama, tidak ada perbedaan), tidak diskriminatif, tidak cemburu, tidak realistis sehingga membuka peluang dan akses bagi aktualisasi kebiasaan berdagang orang Madura yang turun temurun.
Dalam penelitiannya, Syamsul hadi Kusmanto mengungkapkan, keberadaan orang Madura sebagai migran di beberapa daerah di Indonesia termasuk migrant Madura yang mengembangkan usaha sector informal di kota Sumbawa memiliki cara yang berbeda untuk mempertahankan eksistensinya sebagai orang Madura. Dengan kemampuannya menangkap peluang ekonomi ,migrant Madura mampu bertahan dan menjadikan usahanya sebagai identitas etnisnya.
Dalam hal ini, peran perkumpulan migran Madura merupakan pengikat solidaritas yang kuat antar migran Madura sehingga menjadi kelompok etnis yang solid. Solidaritas yang kuat dilandasi oleh kepercayaan yang tinggi antara migran Madura satu dengan migran Madura lainnya. Kepercayaan yang tinggi terhadap satu kelompok etnisnya selama tinggal di daerah perantauan dapat mewujudkan kelompok etnis yang kompak.Seperti halya di Sumbawa ini mereka membentuk suatu perkumpulan bagi mereka dengan nama HIKMA SAMAWA yaitu Himpunan Keluarga Madura Samawa yang mana eksistensinya tetap di pertahankan dan secara rutin mengadakan pengajian ditiap malam Jum’at bagi Laki-laki dan ditiap malam Rabu bagi Perempuan.sembari diadakan kegiatan arisan untuk lebih mempererat tali silaturrahmi bagi sesama warga HIKMA.Suatu hal yang luar biasa ketika dilihat dari sudut pandang yang berbeda,yaitu Kebersamaan dan Solidaritas. Ketika mereka berjibaku di rutinitas keseharian; mereka tetap mengedepankan silaturrahmi.(SHK)