Taliwang, – Munculnya asap pekat dari cerebong pembakaran milik PT. Uniserv Indonesia dipastikan akibat adanya uji coba penggunaan batu bara lokal sebagai bahan bakar perusahaan. “Kita memang melakukan uji coba menggunakan batu bara lokal dan menyebabkan munculnya asap pekat melalui salah satu cerebong,” kata Yoyok Soekaryono selaku Brand Manager PT. Uniserv Indonesia.
Dibeberkan Yoyok sapaan akrabnya, PT. Uniserv memang memiliki 4 tungku pembakaran yang dimiliki, namun yang difungsikan untuk saat ini hanya 2 tungku saja, lantaran suplay produksi kepada PT. AMMAN berkurang. “Uji coba dilakukan pembakaran itu sendiri hanya berlangsung selama 3 hari sambil melakukan pengawasan dan pemantauan, namun terlihat melalui satu cerebong yang menggunakan batu bara lokal itu bukan hanya asap pekat, tetapi juga menimbulkan debu,” lanjutnya.
Meskipun yang dioperasikan ada 2 tungku pembakaran, namun perusahaan hanya melakukan uji coba untuk batu bara lokal hanya pada satu tungku saja. “Bisa dipastikan bahwa dugaan pencemaran udara akibat asap dari cerebong perusahaan bersumber dari penggunaan batu bara lokal yang sengaja didatangkan perusahaan sebanyak 50 ton dari Kalimantan,” terangnya.
Yoyok mengaku sangat kaget melihat asap pekat yang dihasilkan dari cerebong pengguna batu bara lokal tersebut, lantaran tidak pernah menduganya, apalagi sampai menimbulkan debu. “Kami dari perusahaan menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas kejadian tersebut,” tuturnya.
Dikesempatan itu Yoyok sempat menyampaikan alasan perusahaan mencoba menggunakan batu bara lokal, dimana perusahaan sempat kesulitan untuk mendapatkan batu bara import ditengah penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), sehingga mencoba mencari alternatif pengganti bahan bakar. “Salah satu yang dicoba dengan menggunakan batu bara lokal, namun realitas sulit untuk dipergunakan karena menghasilkan asap yang cukup pekat,” ungkapnya.
Yoyok tidak membantah bahwa tujuan lain dilakukannya penggunaan batu bara lokal karena perusahaan sempat drop ditengah kondisi pandemi covid-19, sehingga harus berupaya mengurangi pengeluaran dan memastikan ketersediaan bahan bakar. “Kami juga ingin memastikan ketersediaan bahan bakar, jadi salah satu opsi dengan mencoba menggunakan batu bara lokal yang didatangkan dari Kelimantan,” tegasnya.
Hal penting lain yang disampaikan Yoyok, jika perusahaan sudah melakukan pemantauan disekitar pemukiman warga untuk memastikan bahwa tidak terjadi pencemaran udara. “Kami dari perusahaan bersama dengan pemerintah kecamatan, Polsek, Puskesmas sudah mengecek lingkungan warga dan dipastikan tidak terjadi pencemaran udara,” ucapnya.
Diakhir wawancara, dia menceritakan terkait sejarah perusahaan Uniserv bisa hadir di KSB. Dimana pada tahun 2002 mulai mempersiapkan fasilitas dan pada tahun 2003 awal beroperasi dengan mendapatkan kerjasama dengan PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT). “Kami mulai berproduksi pada tahun 2005 dengan mengedepankan komitmen untuk mencegah pencemaran lingkungan,” akunya. **