Taliwang, – Untuk meningkatkan kesadaran terhadap ancaman bencana sejak dini, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Dinas Sosial (Dinsos) telah melaksanakan program Tagana Masuk Sekolah. Program tahun 2022 itu dikhusus untuk satuan pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD).
“Tagana Masuk Sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan edukasi tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kepada siswa. Khusus tahun ini sengaja menyasar pelajar SD, lantaran dinilai rawan menjadi korban saat terjadi bencana,” kata dr H Syaifuddin selaku kepala Dinsos KSB saat didampingi Fatrianingsih, S.Ap selaku penyuluh sosial sub koordinator perlindungan sosial korban bencana alam dan bencana sosial.
Lanjut H Syaifuddin, kegiatan Tagana Masuk Sekolah (TMS) mengacu pada MoU Kementerian Sosial dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 01 Tahun 2019 dan Nomor 04 Tahun 2019 tentang mitigasi bencana pada satuan pendidikan melalui program Tagana Masuk Sekolah (TMS). “KSB termasuk daerah rawan bencana, sehingga dipandang perlu untuk melaksanakan kegiatan sebagai edukasi kepada anak dalam menghadapi bencana dengan memberikan edukasi tentang kesiapsiagaan bencana,” lanjutnya.
Disaat itu H Syaifuddin juga menyampaikan tujuan dari pelaksanaan program itu sendiri untuk memperkenalkan jenis bencana dan resikonya kepada Siswa/siswi pelajar, agar mereka lebih sigap dan tanggap dalam kemungkinan menghadapi bencana di sekitar lingkungan Sekolahnya. “Targenya pelajar mempunyai pengetahuan tentang bencana, potensi dan upaya pengurangan risiko bencana pada tingkatan yang paling sederhana, sehingga saat terjadi bencana mampu menyelamatkan diri sendiri,” ungkapnya.
Ditambahkan Fatrianingsih, program Tagana Masuk Sekolah sudah menjadi program tahunan, namun untuk tahun ini tidak tersedia anggaran dari pemerintah pusat, sehingga Dinsos menggunakan anggaran daerah dan mengkhususkan untuk pelajar SD. “Tahun ini kami telah menyambangi SDN Sermong, SDN Salid dan SDN Kertasari yang merupakan daerah rawan bencana,” bebernya.
Lanjut Fat sapaan akrabnya, saat berada dalam lingkungan sekolah telah dijelaskan secara rinci tentang analisa risiko bencana di sekolah, kesiapsiagaan, pemetaan jalur evakuasi, simulasi bencana gempa. “Semua sekolah yang kami datangi direspon baik. Buktinya, peserta bukan hanya siswa, tetapi semua guru ikut untuk mendapatkan informasi serta edukasi terkait dengan mitigasi bencana,” terangnya. **