Taliwang, – Harga jual tomat di semua pasar tradisional di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terus melonjak. Saat itu harga jual sudah mencapai Rp. 20 ribu perkilo, sementara biasanya hanya pada kisaran 5 ribu perkilo. Harga jual salah satu kebutuhan masyarakat itu masih diperkirakan akan terus melonjak.
Melonjaknya harga jual tomat lantaran pedagang tidak lagi mendapatkan distribusi dari Kabupaten Lombok Timur (Lotim), sebab kawasan tanam tomat hancur disapu banjir beberapa waktu lalu, terus curah hujan yang cukup tinggi membuat para petani tidak berani menanam tomat, karena tidak akan berproduksi baik nantinya.
Terkait terus melonjak harga jual tomat, DPRD KSB meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) untuk segera mencarikan solusi terbaiknya. “Memang pemerintah tidak bisa mengintervensi terlalu jauh dengan persoalan perdagangan tomat, namun terus melonjak harga jual akan dirasakan oleh masyarakat, jadi dibutuhkan ada opsi atau penanganan serius dari pemerintah,” tandas wakil ketua DPRD KSB, H Amir Ma’ruf Husain MM saat dikonfirmasi media ini kemarin.
Ust Ma’ruf sapaan akrabnya mengakui bahwa persoalan mendasar saat ini adalah produsen atau tingkat produksi tomat yang menurun, sehingga harga jual terus meroket, tetapi kendala itu tidak harus membuat masyarakat selaku konsumen kesulitan mendapatkan tomat. “Saya berharap dalam waktu dekat pihak Diskoperindag membangun komunikasi lintas sektor untuk menahan lonjakan harga jual tomat dan memastikan bahwa tetap tersedia dipasaran,” pintanya.
Melonjaknya harga jual tomat pasca musibah banjir yang melanda Lotim harus menjadi pelajaran besar bagi masyarakat, agar selalu memanfaatkan lahan yang dimiliki, termasuk areal pekarangan untuk menanam kebutuhan harian seperti tomat. “Saya berharap pemerintah terus mendorong petani KSB untuk aktif menanam tanaman palawija atau tanaman selain padi, karena nilai ekonomisnya cukup tinggi,” tuturnya.
Keluhan soal melonjak harga jual tomat juga disampaikan Aheruddin Sidik, SE, ME selaku ketua komisi II DPRD KSB dan ikut mendorong pemerintah untuk membangun komunikasi dan mencarikan solusi. “Pemerintah harus serius untuk segera mencarikan solusinya,” desaknya.
Sementara Berry Hamdan Msi selaku kabid perdagangan pada Diskoperindag KSB mengakui jika harga jual tomat sudah sangat tinggi, namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak lantaran tidak dapat diintervensi secara langsung. “Kalau yang lonjakan harga adalah beras, minyak dan gula, mungkin bisa langsung ditangani dengan melakukan operasi pasar, tetapi kalau tomat tidak bisa kami berbuat banyak,” katanya.
Kesulitan bagi Diskoperindag mengingat hasil survey pasar yang telah dilakukan, harga jual itu melonjak lantaran ketersediaan dipasar sangat terbatas, bahkan para penjual tomat selama ini tidak lagi memiliki stok yang banyak. “Masalah besarnya tidak tersedia atau kurangnya panen petani itu sendiri,” urainya.
Berry mengakui bahwa pihaknya akan segera membangun komunikasi lintas sektoral terkait dengan lonjakan harga tersebut, termasuk akan meminta informasi dari dinas tekhnis tentang jumlah produksi tomat di KSB. **