Kembali, BPBD KSB Ingatkan Ancaman Musim Kemarau dan Karhutla

Taliwang, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kembali mengingatkan seluruh masyarakat tentang ancaman musim kemarau yang berdampak pada kekeringan dan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), sesuai informasi dari Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Abdul Hamid selaku Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD KSB mengatakan, ada sebagian wilayah Bumi Pariri Lema Bariri sangat rawan dampak dari musim kemarau (el nino). “Kami ingatkan kembali seluruh masyarakat, terutama petani yang membutuhkan debit air untuk irigasi, jika saat ini sudah mulai masuk musim kering,” ucapnya.

Lanjut Hamid sapaan akrabnya, dalam penanganan dan bantuan kepada masyarakat yang nantinya terdampak kekeringan, pihaknya akan membangun komunikasi serta koordinasi dengan berbagai pihak, terutama perusahaan yang melaksanakan aktifitas di KSB. “Salah satu kegiatan yang akan dilaksanakan jika terjadi kekeringan adalah pendistribusian air bersih dan kegiatan itu butuh dukungan dari berbagai pihak,” lanjutnya.

Diingatkan Hamid, untuk mempercepat dalam pemenuhan air bersih masyarakat terdampak kekeringan, telah tersedia 4 tandon pada beberapa titik lokasi daerah yang cukup rawan kekeringan. “Semoga dalam waktu tidak terlalu lama, akan dibangun tandon sebagai penampung air bersih dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,” ungkapnya.

Gerak cepat yang dilakukan BPBD KSB menyampaikan informasi tersebut, agar ada langkah antisipasi bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani, supaya tidak menanam jenis tanaman yang membutuhkan air banyak saat memasuki musim kemarau pada Juni mendatang. “Kita ingin masyarakat juga memiliki langkah antisipasi,” terangnya.

Wilayah yang masuk kategori rawan terdampak kekeringan ada di kecamatan Poto Tano, yaitu, Desa Kiantar, Desa Poto Tano, Desa Tambak Sari dan Desa Senayan. Selanjutnya di Kecamatan Seteluk untuk Desa Air Suning, Desa Meraran, Desa Lamusung dan Desa Kelanir. Sementara Kecamatan Taliwang khusus untuk Desa Seloto.

Hamid juga menjelaskan tentang penyebab terjadinya kebakaran hutan, yaitu karena sebab alami dan karena ulah manusia. Penyebab terjadinya kebakaran hutan secara alami sebagai contohnya adalah adanya kilat yang menyambar pohon atau bangunan, letusan gunung api yang menebarkan bongkahan bara api, dan gesekan antara ranting tumbuhan kering yang mengandung minyak karena goyangan angin yang menimbulkan panas atau percikan api.

Penyebab lainnya adalah ulah manusia, seperti kegiatan ladang, perkebunan (PIR), Hutan Tanaman Industri (HTI), penyiapan lahan untuk ternak sapi, ekstraksi hasil hutan bukan kayu, pengembangan industri, pemukiman kembali, perburuan, kelalaian, dan sebagainya. Penyebab lainnya yang berasal dari manusia adalah nyala api, rokok, percikan listrik, atau sumber api lainnya bersentuhan dengan bahan yang mudah terbakar. **