Taliwang, – Program desa model ketahanan pangan atau mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk menanam tanaman yang bernilai ekonomis akan mulai bergulir pada April mendatang, lantaran Dinas Ketahanan Pangan (DKP) selaku penanggung jawab program masih melakukan persemaian terhadap bibit yang akan dibagi secara gratis tersebut.
“Sekarang kami masih melakukan persemaian terhadap bibit yang akan dibagi pada setiap Desa model. Kemungkinan akhir Maret sudah dibagi ke masing-masing Desa untuk dibagikan kepada masyarakat yang dipercaya sebagai penanam, jadi geliat baru akan dirasakan pada April nanti,” tegas kepala DKP Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Ir H M Alimin, saat dikonfirmasi media ini dalam ruang kerjanya, Selasa 6/2 kemarin.
Masih keterangan HM Alimin, untuk program awal ditahun 2018 ini, ada 8 Desa yang mewakili masing-masing kecamatan sebagai penerima bantuan bibit untuk ditanam. “Setiap Desa kami menyiapkan bibit untuk dibagi pada 250 Kepala Keluarga (KK). Jika di Desa ingin lebih banyak jumlah masyarakat yang terlibat disarankan menggunakan anggaran Desa,” lanjutnya.
Dikesempatan itu HM Alimin juga menyampaikan bahwa hasil panen dari program itu sendiri akan dijual secara bersama-sama nantinya, dimana pihak DKP akan menggunakan fasilitas kawasan Kemutar Telu Center (KTC) untuk dijadikan pasar. “Kami berencana akan ada pasar Jum’at, dimana pada hari itu akan ada perdagangan produksi lokal berupa cabai, tomat, sayuran maupun tanaman obat-obat segar. Aktifitas perdagangan itu hanya berlaku sehari dalam sepekan,” terangnya.
Sebagai informasi yang perlu diketahui oleh pemerintah Desa dan masyarakat, jika setiap yang dipanen harus disisakan nilai pendapatan 10 persen dalam bentuk produksi untuk dijadikan bibit dan modal pengembangan usaha. “Nanti akan ada regulasi yang diatur oleh pemerintah, jadi semangat sekarang ada kemauan masyarakat untuk menanam,” tegasnya.
HM Alimin juga menegaskan bahwa program Desa Model bukan hanya akan memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat, tetapi juga bakal menekan inflasi kebutuhan pangan daerah, “Selama ini kita tergantung pada produksi dari luar daerah, namun dengan adanya program desa model ini akan menambah jumlah produksi pangan yang menjadi kebutuhan masyarakat, bahkan akan menekan harga jualnya juga,” urainya.
HM Alimin tidak membantah bahwa selama ini masyarakat KSB tidak terlalu memanfaatkan pekarangan, bahkan terkesan hanya untuk menanam tanaman bunga, padahal hanya mempercantik halaman namun tidak memberikan nilai ekonomis. “Bagi yang tidak memiliki pekarangan bisa dengan cara menyiapkan media tanam, jadi siapapun bisa dilibatkan dalam program tersebut,” tegasnya. **